Bireuen - Acehinfo.Com- JALAN berliku dan sempit. Hanya muat satu mobil. Di pertengahan, aspal mulai berganti kerikil.
Iring-Iringan mulai bergerak lamban saat memasuki Desa Alue Punoe, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen.
Desa ini hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari jalan Medan-Banda Aceh.
Dua spanduk himbauan berisi, "Jangan Ganggu Ketentraman Warga" terlihat di sudut jalan.
Memasuki Desa Alue Punoh, tenda-tenda biru mulai terlihat di sisi kiri dan kanan jalan. Bau minyak mentah mulai tercium dari dalam mobil.
Beberapa pria tak mengenakan baju menatap kami dengan raut wajah bingung.
"Piyoh Mualem," ujar seorang warga saat melihat Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf turun dari mobil Mini Cooper. Mobil tersebut berada di urutan kedua rombongan. Di posisi pertama adalah PJR.
"Awak nyoe dipike soe," ujar sosok itu lagi. Dia kemudian memperlihatkan sesuatu kepada Mualem. Ya, minyak mentah yang baru saja diambil dari sumur.
Minyak itu ditampung dalam timbal guna dilihat oleh Mualem.
"Nyoe mantong mentah Mualem. Gohlom dipisahkan," ujarnya lagi. Mualem mencium dan kemudian mengangguk.
Seorang investor dari Australia kemudian maju dan melakukan hal yang sama. Dia kemudian menggeleng-gelengkan kepala takjub.
"Luar biasa. Rahmad Tuhan untuk Aceh," kata Mualem. Sang investor tersenyum.
"Sumur minyak jih na di likot Mualem. Peu neujak keunan," ujar pria yang belakangan dipanggil Apa Ted.
Kemudian Mualem ke sumur minyak milik warga. Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari jalan perkampungan. Ada puluhan drum berisi minyak mentah di sana.
"Ini sumur bekas peninggalan Jepang, Mualem," ujarnya. Aroma solar tercium di sana.
"Minyak di sini memang lebih banyak kandungan solar. Tapi kalau yang di sebelah sana, lebih banyak bensin. Tak bisa merokok di sana," ujar dia lagi.
Salah seorang lainnya mengatakan bahwa ada sekitar 50 sumur yang dikelola warga di Alue Peunoh.
"Dua merupakan sumur peninggalan Jepang. Lainnya sumur baru yang dibor warga," ujar pria yang enggan disebutkan namanya ini.
Menurutnya, dari tiap sumur ini menghasilkan 30 hingga 50 drum minyak mentah per harinya.
"Hasil keputusan gampong, tiap minyak yang dihasilkan, sebanyak 10 persen untuk yang punya tanah. Kemudian 20 persen untuk desa. Uang ini untuk dibagikan pada seluruh masyarakat. Selebihnya baru untuk pekerja," kata pria itu.
Sementara itu, Yusaidi, Geuchik Alue Peunoh, mengatakan bahwa keberadaan minyak mentah di desanya merupakan kuasa Allah SWT. Dimana, kata Yusaidi, Desa Alue Peuno merupakan daerah bekas konflik.
"Banyak Kombatan GAM berlindung di daerah ini. Sewaktu konflik, ini daerah merah. Ini juga desa almarhum Teungku Abdullah Syafi'i," kata sang geuchik.
Menurutnya, pembukaan sumur minyak di desanya sudah dicoba sejak 2011. Namun minyak baru muncul sekitar 6 bulan belakangan ini.
"Saat ini harga minyak mentah 150 per drum. Sementara harga drum 120 per buah. Kami minta bantuan, tapi jangan mengusir kami dari lokasi ini," ujarnya.
Kata Yusaidi, sebelumnya harga tanah di Alue Peuno dibeli secara borongan. Harga tanah disana sebelumnya adalah sekitar 20 juta per hektare.
"Namun sejak ada minyak, warga tak mau menjual tanahnya lagi. Warga ini mengelola sendiri dengan harapan ada izin dari pemerintah. Kita punya kemampuan untuk berdiri sendiri dan ini yang kami harapan dari Mualem," kata Yusaidi.(Media Aceh.Com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar