Judul diatas merupakan salah satu pokok pembahasan kuliah tamu yang akan disampaikan oleh Sigit Wahono. ST.,MM. selaku Kepala Biro Komunikasi Perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pada acara pembukaan SMEN (Syiah Kuala Mining Engineering Competition) 2016, Hari Jum’at, 29 April 2016 Pukul 08.00 WIB di Balee Keurukon, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh yang akan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Aceh.
Sebelumnya, SMEN 2016 merupakan suatu event atau kegiatan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan dimana bentuk kegiatannya kita melakukan simulasi pekerjaan tambang atau praktikum tambang skala kecil dalam bentuk permainan yang diperlombakan.
Dan dari pihak PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk selaku sponsor utama sangat mendukung kegiatan ini karena dengan adanya SMEN 2016 ini dapat menunjang kemampuan mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmu pertambangan ke dalam bentuk kegiatan yang nyata.
Selain itu, bukti keseriusan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk selaku sponsor utama kegiatan SMEN 2016 yaitu dengan mengadakan kuliah tamu yang akan disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi Perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Berikut ini merupakan sedikit materi atau pembahasan dari kuliah tamu yang akan disampaikan pada hari Jum’at tanggal 29 April 2016:
“Zaman sudah berubah. Ada perubahan besar yang mendorong kita semua harus positioning.” Ir. Suparni (Dirut Semen Indonesia).
Periode 2015-2020 menjadi masa sulit bagi industri persemenan di tanah air. Penambahan kapasitas oleh produsen lama dan masuknya pemain baru pasca berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membuat kompetisi semakin ketat. Kendati berat, tapi tidak ada alasan bagi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk untuk pesimis.
Kekhawatiran, optimisme, dan semangat untuk memenangkan persaingan. Lingkungan bisnis global yang sedang berubah, mau tidak mau, membuat Semen Indonesia harus mengikuti perkembangan zaman.
Berlakunya MEA adalah periode survival, dimana yang tidak kuat bersaing bakal tenggelam dengan segera. Misi Semen Indonesia tidak hanya, tapi harus mampu memertahankan market share 44 persen. Bukan perkara gampang, mengingat para kompetitor pasti tidak tinggal diam, semuanya berpikir keras untuk mendongkrak performa masing-masing. Dirut Semen Indonesia Suparni mengakui, dibutuhkan perjuangan segenap karyawan untuk mewujudkan target korporasi tersebut.
Antisipasi mesti dilakukan sejak awal, terutama soal penguatan personal values and organizational values. Muaranya adalah mencapai kinerja unggul.
Korporasi pelat merah ini siap bertarung, baik sprint (jangka pendek) maupun marathon (jangka panjang). Modal utamanya adalah semua competitive advantage, mulai dari sisi produksi, pemasaran, jaringan distribusi, dan lainnya.
Dirut kelahiran Ngawi, 13 Desember 1958 tersebut mengungkapkan, Semen Indonesia akan melakukan strategi pengembangan bisnis yang tepat untuk menghadapi persaingan. Dimana meliputi pengembangan kapasitas, pengamanan energi, peningkatan corporate image, pendekatan pelanggan serta peningkatan pertumbuhan perusahaan dan pengelolaan risiko.
Sumber Daya Manusia (SDM) diyakini menjadi modal terbesar bagi Semen Indonesia menghadapi dan memenagkan persaingan saat ini. Kehebatan dan ketepatan mengelola SDM akan menjadi penentu di tengah ketatnya persaingan yang makin dahsyat. Apakah perusahaan bakal menjadi pemenang atau pecundang.
Semua pihak harus memahami bahwa situasi sudah berubah begitu cepat. Budaya proaktif, partisipatif dan inovatif dengan semangat kebersamaan yang tinggi sangat diperlukan. Konsepnya adalah cepat, banyak, tertata, dan kompak.
Ekspansi
Ekspansi merupakan bukti optimistis yang senantiasa dipegang oleh korporasi. Persaingan boleh semakin sulit, namun perkembangan Semen Indonesia juga akan semakin melejit.
Harus diakui Indonesia masih menjadi pasar yang menjanjikan bagi industri semen dunia. Apalagi proyek infrastruktur dalam empat tahun ke depan akan terus bergulir.
Oleh sebab itu, Semen Indonesia telah mempersiapkan pembangunan dua pabrik baru di Rembang (Jateng) dan Indarung (Sumbar) yang ditarget sudah beroperasi akhir tahun ini. Dengan selesainya kedua pabrik tersebut maka kapasitas produksi Semen Indonesia bertambah menjadi 37,8 juta ton per tahun.
Rencana pembangunan pabrik baru di Aceh dan di Kupang juga merupakan langkah ekspansi yang akan segera dilakukan korporasi.
Selain upaya di atas, efisiensi dilakukan dengan mengoptimalkan biaya distribusi, terutama pengiriman dari pabrik ke pasar yang jauh dan minim infrastruktur, perusahaan berusaha secara optimal dengan menyinergikan semua fasilitas group. Saat ini, Semen Indonesia telah memiliki 26 unti packing plant yang tersebar dari Sabang samapi Merauke.
“Semen Indonesia bersama anak-anak perusahaannya siap merespon segala persaingan serta pertumbuhan konsumsi semen di Tanah Air.” Tandas Suparni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar