Banda Aceh - Jejak telapak kaki raksasa di Gunung Lampu, Tapak Tuan, Aceh, ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Untuk berkunjung ke sana, memang tidak dipungut biaya. Tapi wisatawan harus taat dengan aturan yang berlaku.
Begitu masuk ke lokasi, sebuah baliho berisi pengenalan tentang objek wisata terpasang. Wisatawan yang berkunjung ke sana juga dihimbau agar ditemani oleh pemandu. Memang untuk menemukan lokasi tidak terlalu sulit.
Apalagi sebagian rute dari pintu masuk sudah dibangun jalan setapak dengan cor semen. Setelah itu, baru pengunjung harus melewati bebatuan beragam ukuran. Tapi tenang, pengelola objek wisata di sana sudah memberi memberi garis setiap batu sebagai penunjuk arah.
Jarak lokasi tapak raksasa dari pintu masuk wisata sekitar 1 kilometer dan ditempuh dengan berjalan kaki. Di ujung jalan setapak, terdapat sebuah pos tempat beristirahat. Di sana, pengungjung dapat melepas lelah sambil melihat lautan biru dan gunung yang menjulang.
Kendaraan bisa diparkir di halaman samping pos juru kunci. Pengunjung diimbau mematuhi aturan dan peringatan yang terpasang di pintu masuk. Juga diminta berpakaian sopan dan tidak berbuat maksiat di lokasi.
Jejak kaki raksasa di sana memang sudah tidak alami lagi. Pemerintah setempat sudah merenovasi kembali agar jejak kaki tersebut tidak hilang. Dinas kebudayaan dan pariwisata Aceh Selatan beberapa waktu lalu juga menetapkan Chaidir Karim (49) sebagai juru kunci objek wisata.
Begitu masuk ke lokasi, sebuah baliho berisi pengenalan tentang objek wisata terpasang. Wisatawan yang berkunjung ke sana juga dihimbau agar ditemani oleh pemandu. Memang untuk menemukan lokasi tidak terlalu sulit.
Apalagi sebagian rute dari pintu masuk sudah dibangun jalan setapak dengan cor semen. Setelah itu, baru pengunjung harus melewati bebatuan beragam ukuran. Tapi tenang, pengelola objek wisata di sana sudah memberi memberi garis setiap batu sebagai penunjuk arah.
Jarak lokasi tapak raksasa dari pintu masuk wisata sekitar 1 kilometer dan ditempuh dengan berjalan kaki. Di ujung jalan setapak, terdapat sebuah pos tempat beristirahat. Di sana, pengungjung dapat melepas lelah sambil melihat lautan biru dan gunung yang menjulang.
Kendaraan bisa diparkir di halaman samping pos juru kunci. Pengunjung diimbau mematuhi aturan dan peringatan yang terpasang di pintu masuk. Juga diminta berpakaian sopan dan tidak berbuat maksiat di lokasi.
Jejak kaki raksasa di sana memang sudah tidak alami lagi. Pemerintah setempat sudah merenovasi kembali agar jejak kaki tersebut tidak hilang. Dinas kebudayaan dan pariwisata Aceh Selatan beberapa waktu lalu juga menetapkan Chaidir Karim (49) sebagai juru kunci objek wisata.
![]() |
Dari cerita legenda, di lokasi telapak kaki Tuan Tapa itu ada gurita raksasa yang diyakini sebagai penjaga tapak. Gurita tersebut tidak mengganggu pengunjung asalkan tidak berbuat hal-hal yang melanggar norma.
Untuk berkunjung ke tapak, wisatawan harus mendengar aba-aba dari pengelola. Karena jika cuaca sedang tidak bersahabat, air laut sering naik melewati lokasi tapak.
"Pernah ada dua pemuda yang terseret arus gara-gara tidak mendengar saat kami larang mereka pergi ke sana. Kami sudah bilang hari ini ombak sedang tidak bersahabat," kata Chaidir, Sabtu (24/10/2015).
Lokasi wisata Tapak Tuan masih sangat alami. Selain tapak raksasa, pengunjung juga dapat memanjakan mata dengan pemandangan lain seperti laut dan bukit yang diyakini menyerupai putri sedang tidur. Pepohonan tumbuh rindang di sekitar lokasi di bukit yang berada di atas tapak.
Saat tsunami menerjang Aceh 26 Desember 2004 silam, Aceh Selatan selamat dari porak-poranda gelombah dahsyat tersebut. Kota dengan luas 92,68 kilometer persegi ini terlindungi oleh Pulau Simeulue.
Gelombang tsunami terpecah saat membentur pulau tersebut sehingga intensitas gelombang berkurang saat tiba di bibir pantai Aceh Selatan.
"Tapi menurut kisah ada seorang pria berjubah putih berdiri di dekat lokasi tongkat Tuan Tapa di tengah laut. Pria tersebut terlihat seperti sedang berdoa," ungkapnya.
Percaya atau tidak, cerita legenda tapak Tuan Tapa menjadi cikal bakal nama ibu kota Aceh Selatan, yaitu Tapaktuan. Kota ini terletak sekitar 440 kilometer dari ibukota provinsi Aceh.
( Agus Setyadi/detikcom)
(fdn/fdn)
(fdn/fdn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar