Forsi Asokaya, Tagana, Orari/Rapi Bireuen Fasilitasi Warga Pangkalan Susu yang meninggal dalam Mopen L300 - TEST

Breaking

Sabtu, 04 Juli 2015

Forsi Asokaya, Tagana, Orari/Rapi Bireuen Fasilitasi Warga Pangkalan Susu yang meninggal dalam Mopen L300


BIREUEN | ACEHINFO.COM - Ketika ajal datang tidak ada yang mengetahui kapan dimana dan bagaimana, begitulah kondisi dialami oleh Kakak Beradik Farida (29) dan Mentari (19) yang ditinggalkan oleh ibunda mereka untuk selamanya dalam mopen L300 saat perjalanan pulang dari Indra Puri ke Pangkalan Susu, Sumatera Utara.

Pukul 22.00 Jumat malam (3/7), Kakak beradik tersebut bersama ibundanya Fatimah (52) serta Zahara (1,2) anak balita Farida, dari Indrapuri, Aceh Besar menumpang Mopen L300 hendak pulang ke Pangkalan Susu untuk berobat.

“Mamak sudah 2 bulan sakit mau diobatin dikampong, kami perantau” terang Farida yang mengaku sudah 8 tahun tinggal di Indra Puri tapi belum membuat surat pindah dan masih mengantongi KTP beralamat Simpang Sungai Siur, Pangkalan Susu, Sumut.

Dalam perjalanan, sewaktu mopen L300 berhenti di Matang Glumpang Dua, Bireuen untuk istirahat, Mentari yang duduk disamping Ibu Fatimah membangunkannya tapi tidak ada respon dari sang ibu sehingga mengkwatirkan seluruh penumpang yang berada dalam mopen tersebut dan oleh sopir segera membawanya ke Rumah Sakit terdekat.

Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 02.20 dini hari sabtu (4/7) pagi. “Jenazah sampai di sini dalam kondisi dingin dan mulai membiru, prediksi sudah 1 jam meninggalnya” jelas Herizal (32) petugas piket UGD Pukesmas Peusangan yang berjarak 1 kilometer dari Matang Glumpang Dua. Setelah dipastikan telah meninggal dunia oleh petugas medis, Mopen L300 beserta penumpang lainnya segera melanjutkan perjalanannya menuju Medan.

Tinggalah kakak beradik serta seorang balita dalam kondisi sedih dan bingung menghadapi kenyataan Ibunda mereka terbujur kaku diruangan UGD Puskesmas.

Kesedihan dan kebingungan kakak beradik tersebut semakin menjadi dikala ongkos transportasi Ambulance sebesar Rp 3.000.000,- untuk biaya pemulangan jenazah.
Angkanya begitu fantastic bagi mereka. “Kami orang miskin, kami sudah minta bantuan dari keluarga dan saudara, tapi masih tidak cukup juga” ujar Farida didampingi oleh Pak Jal (48) pemilik warung nasi padang di bireuen yang mengaku sebagai family jauh dari almarhumah Fatimah yang mana rekeningnya dipakai sebagai rekening penampung dana yang dikirimkankan oleh keluarga dan saudara mereka.

“saya dihubungi oleh saudara tadi, diminta untuk membantu” sambung Pak Jal menambahkan. Hingga pukul 03.30 Jenazah Almarhumah masih terbujur diperaduan, Diruang UGD selain petugas medis juga tampak beberapa orang lainnya yang beratribut TAGANA dan ORARI/RAPI.

“Kami sudah berdiskusi tadi dengan pihak medis untuk mencari solusi sambil terus mengembangkan informasi ini”, Ruslan (45) anggota TAGANA menjelaskan “Kita sepakati juga biaya transportasinya dikurangi jadinya Rp. 2.500.000,- tapi sayangnya dana yang masuk belum cukup juga“. Lanjutnya lagi.

Jam dinding di ruangan UGD Puskesmas sudah menunjukkan pukul 04.55, sementara suara azan subuh sudah mulai disuarakan di Mesjid dan Meunasah, sudah satu jam lebih kakak beradik ini tidak mendapatkan lagi konfirmasi tentang dana dari keluarga dan saudara yang dikirim.

Pukul 05.10 tepatnya setelah Shalat Subuh, Forsi Asokaya Bireuen yang wakili oleh Sekjennya Murizal Bē Aroem mengunjungi kedua Kakak beradik yang sedang dirundung duka tersebut, sesudah berbincang bincang sesaat dengan mereka disamping jenazah lalu menyerahkan amplop sumbangan dan selanjutnya kakak beradik tersebut bersegera menuju meja resepsionis UGD untuk menyelesaikan administrasi transportasi.

“Semoga bisa mengurangi sedikit beban mereka, agar fardhu kifayah atas jenazah bisa segera disegerakan” jelas Murizal Bē Aroem dengan tidak menyebutkan nominal bantuan ketika ditanyakan. “Kami rasa cukuplah untuk menutupi kekurangan dan jajan untuk adik itu”, lanjutnya sambil menunjuk kearah bayi yang digendong oleh Mentari. Sementara

Kakak beradik tersebut mengurus adminstrasi, para petugas medis yang piket dibantu oleh Tagana, Orari/Rapi sudah memulai memindahkan Jenazah Almarhumah Fatimah keluar ruangan menuju mobil Ambulance yang sudah menunggu.

Semua keperluan dan persiapan dirasakan sudah siap, Supir Ambulance memberikan isyarat kepada Kakak beradik tersebut naik ke mobil untuk segera berangkat.
Dengan penuh keharuan, kedua kakak beradik tersebut memciumi tangan orang-orang yang disalaminya sambil mengucapkan terima kasih telah membantu.

Pukul 05.20, Mobil Ambulance bergerak meninggalkan pelataran UGD Pukesmas Peusangan, lampu emergensinya yang berwarna merah sesekali menyentuh wajah-wajah mereka yang telah datang mengunjungi sejak informasi berita duka ini tersiar mulai pukul 02.20 dini hari tadi hinggi kini masih berdiri dihalaman UGD melepaskan kepergian Jenazah dengan pandangan mata hingga mobil tak tampak lagi. (Yudi WBC)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar