Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan semen pelat merah, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) memastikan bakal melanjutkan rencana pembangunan pabrik semen di Kabupaten Pidie, Aceh.
Perusahaan semen bertiker SMGR itu menaksir, pembangunan pabrik tersebut bakal menelan investasi hingga US$ 360 juta atau berksiar Rp 4,86 triliun.
Direktur Utama Semen Indonesia, Suparni mengatakan untuk merealisasikan rencana tersebut saat ini perseroan tengah melakukan penjajakan dengan sebuah perusahaan lokal guna melaksanakan mekanisme joint venture (JV) atau pembuatan perusahaan patungan untuk membangun pabrik.
"Potensi kesana ada dan akan kerjasama dengan perusahaan lokal sana. Mereka yang punya lahan. Saat ini sedang studi teknis, seperti komposisi, feasibility study dan lain-lain. Kalau semua aspek lingkungan, bisnis dan legal sudah ada titik temu kita akan sampaikan. Kita akan jadi mayoritas lah," jelasnya di Jakarta, Kamis (29/10).
Jika tak ada halangan, Suparni bilang pabrik semen di Pidie akan mulai dibangun pada 2016 mendatang. Nantinya, pabrik tersebut juga akan digunakan perseroan untuk menjaring konsumen di Sumatera bagian Timur dan tak menutup kemungkinan perseroan bakal melakukan ekspor ke negara-negara yang berada di kawasan Asean.
"Start-nya tahun depan. Ini akan bantu pasar Asean dan Sumatera Timur," jelasnya.
Direktur Pengembangan Semen Indonesia, Rizkan Chandra menambahkan pabrik semen itu sendiri direncanakan akan memiliki kapasitas mencapai sebesar 3 juta ton.
"Biaya investasi di kisaran US$ 120 per ton plus infrastruktur (total US$ 360 juta). Kalau ada pelabuhan Pelindo ya syukur, kalau tidak ya kita buat sederhana. Kalau power plant (pembangkit listrik) kita akan kerjasama. Kita fokus ke semennya saja,” jelas Rizkan.
Kinerja Keuangan
Seiring rencana perusahaan untuk menambah fasilitas produksinya, Semen Indonesia diketahui tengah mengalami tekanan dari perlambatan ekonomi yang mengakibatkan molornya beberapa proyek infrastruktur di Indonesia.
Hingga akhir sepanjang sembilan bulan pertama 2015, perusahaan yang juga merupakan badan usaha pelat merah itu hanya mencatatkan laba bersih sebanyak Rp 3,2 triliun, turun 21,6 persen dari laba bersih periode yang sama tahun lalu di angka Rp 4,08 triliun.
Penurunan sendiri berawal dari melorotnya pendapatan perseroan yang hingga akhir September kemarin berada di posisi Rp 19,11 triliun, dari Rp 19,35 triliun di periode tahun lalu.
Suparni menjelaskan, menurunnya pertumbuhan ekonomi di Semester I 2015 juga berpengaruh terhadap konsumsi semen dalam negeri yang mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen, atau 42,58 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 42,99 juta ton.
“Sementara itu harga jual juga mengalami tekanan karena meningkatnya persaingan pasar dengan masuknya beberapa pemain baru industri semen, baik global maupun lokal di Tanah Air,” tandasnya. (dim/ags)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar