![]() |
Foto: Muchlis |
Lhokseumawe, 25/4 (Atjeh Bisnis)- Areal persawahan tadah hujan di wilayah Kota Lhokseumawe, masih luas. Dengan ketiadaan sistem irigasi, sebagian areal persawahan tersebut tidak bisa ditanami secara maksimal.
Kepala Bidang Sumber Daya Manusia pada Dinas Kelautan Peternakan dan Pertanian (DKPP) Kota Lhokseumawe Siti Shaum mengatakan, sejumlah besar areal persawahan yang masih tadah hujan tersebut berada di Kecamatan Muara Satu, Muara Dua dan sebagian di Kecamatan Blang Mangat.
“Dari jumlah total areal persawahan di Kota Lhokseumawe sebesar 2.500 Hektare. Hanya seluas 1.500 Hektare yang dialiri oleh air dari irigasi. Sedangkan selebihnya merupakan sawah tadah hujan,” sebut Siti Shaum.
Dirincikan olehnya juga, jumlah areal sawah tadah hujan di Kecamatan Muara Satu seluas 600 Hektar, Muara Dua 95 Hektar dan Kecamatan Blang Mangat seluas 200 Hektar. Sejumlah areal sawah tadah hujan tersebut, hanya bisa ditanami pada saat musim hujan saja. Sedangkan apabila tidak sedang ditanami padi, ditanami dengan tanaman sayuran lainnya.
Kabid SDM itu mengungkapkan, penyebab masih luasnya sawah tadah hujan itu di wilayah Kota Lhokseumawe, disebabkan karena jauhnya dengan saluran irigasi. Sedangkan areal persawahan yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Aceh Utara, seperti di Kecamatan Blang Mangat, dialiri oleh air irigasi dari Aceh Utara.
Untuk mengatasi persoalan masih luasnya sawah tadah hujan tersebut, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai areal persawahan normal lainnya. Diperlukan beberapa upaya antara lain, sumur bor, pompanisasi dan pembuatan saluran irigasi.
“Sangat diharapkan, adanya sarana dan prasarana pendukung agar sejumlah sawah tadah hujan ersebut dapat dimanfaatkan dan digarap sebagaimana mestinya tanpa harus menunggu hujan,” ujar Kabid SDM pada DKPP Kota Lhokseumawe itu. (Rahmat Mirza)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar