LHOKSUKON - Sekitar 30 warga Desa Kuta Geulumpang, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, Selasa (29/10), sekitar pukul 10.00 WIB berdemo ke Kantor Pusat PDAM Tirta Mon Pase di Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe. Mereka menuntut PDAM itu agar menyuplai kembali air bersih ke desa tersebut. Pasalnya, warga setempat sudah tak lagi menerima distribusi air bersih dari PDAM sejak tahun 2012.
Amatan Serambi, kemarin, mereka datang ke Kantor PDAM menggunakan satu mobil pikap dan lima sepeda motor. Setibanya di kantor itu, mereka minta bertemu dengan Direktur PDAM Tirta Mon Pase, Zulfikar Rasyid. Namun, staf PDAM menyatakan Zulfikar sedang di luar kantor karena ada pekerjaan yang mendesak.
“Kami tunggu sampai direktur datang. Kami ingin, hari ini (kemarin-red) ada kejelasan kapan air PDAM disuplai ke desa kami. Karena, sejak September 2012 suplai air bersih ke desa kami sudah terhenti akibat ada pipa yang patah,” ungkap Koordinator Aksi, Mansurdin (40) yang diamini warga lainnya.
Warga yang didominasi kaum hawa anak kecil itu kemudian duduk di halaman kantor PDAM menunggu direktur perusahaan milik Pemkab Aceh Utara tersebut datang. “Sudah tiga kali saya telepon petugas PDAM di Keude Geudong agar menyambung pipa yang rusak sehingga suplai air ke desa kami lancar lagi. Saya juga sudah laporkan kerusakan pipa itu resmi ke PDAM, tapi sampai sekarang belum ditanggapi,” ungkap Mansurdin.
Sekitar pukul 10.30 WIB, Kasubbag Teknik PDAM Tirta Mon Pase, Mahyul Yunus bersama dua stafnya menemui warga. Dalam penjelasan pada warga, Mahyul menyatakan pihaknya tak mengetahui letak pipa yang rusak tersebut. Lalu, Mahyul mengajak warga pulang ke kampung untuk melihat lokasi pipa agar bisa segera diperbaiki. “Kita lihat dulu pipa yang rusak, agar bisa segera diusahakan perbaikannya, agar suplai air lancar,” pungkas Mahyul. Sekitar pukul 11.20 WIB, warga dan petugas PDAM menuju desa itu untuk melihat lokasi pipa rusak.
Amat (50) pria paruh baya asal Desa Kuta Geulumpang, Kecamatan Samudera, Aceh Utara duduk bersila di lantai halaman kantor PDAM Tirta Mon Pase, kemarin. Di sampingnya sang istri Siti Hajar (45) setia menemani. Kaki kiri pria ini buntung ‘dimakan’ penyakit kusta.
“Untuk beli air bersih, istri saya naik ojek ke Keude Geudong. Sedangkan saya tak bisa berjalan tanpa tongkat. Saya juga tak sanggup mengangkut air dari sungai ke rumah untuk mandi. Semua dikerjakan istri saya,” ujarnya pilu.
Amatan Serambi, kemarin, mereka datang ke Kantor PDAM menggunakan satu mobil pikap dan lima sepeda motor. Setibanya di kantor itu, mereka minta bertemu dengan Direktur PDAM Tirta Mon Pase, Zulfikar Rasyid. Namun, staf PDAM menyatakan Zulfikar sedang di luar kantor karena ada pekerjaan yang mendesak.
“Kami tunggu sampai direktur datang. Kami ingin, hari ini (kemarin-red) ada kejelasan kapan air PDAM disuplai ke desa kami. Karena, sejak September 2012 suplai air bersih ke desa kami sudah terhenti akibat ada pipa yang patah,” ungkap Koordinator Aksi, Mansurdin (40) yang diamini warga lainnya.
Warga yang didominasi kaum hawa anak kecil itu kemudian duduk di halaman kantor PDAM menunggu direktur perusahaan milik Pemkab Aceh Utara tersebut datang. “Sudah tiga kali saya telepon petugas PDAM di Keude Geudong agar menyambung pipa yang rusak sehingga suplai air ke desa kami lancar lagi. Saya juga sudah laporkan kerusakan pipa itu resmi ke PDAM, tapi sampai sekarang belum ditanggapi,” ungkap Mansurdin.
Sekitar pukul 10.30 WIB, Kasubbag Teknik PDAM Tirta Mon Pase, Mahyul Yunus bersama dua stafnya menemui warga. Dalam penjelasan pada warga, Mahyul menyatakan pihaknya tak mengetahui letak pipa yang rusak tersebut. Lalu, Mahyul mengajak warga pulang ke kampung untuk melihat lokasi pipa agar bisa segera diperbaiki. “Kita lihat dulu pipa yang rusak, agar bisa segera diusahakan perbaikannya, agar suplai air lancar,” pungkas Mahyul. Sekitar pukul 11.20 WIB, warga dan petugas PDAM menuju desa itu untuk melihat lokasi pipa rusak.
Amat (50) pria paruh baya asal Desa Kuta Geulumpang, Kecamatan Samudera, Aceh Utara duduk bersila di lantai halaman kantor PDAM Tirta Mon Pase, kemarin. Di sampingnya sang istri Siti Hajar (45) setia menemani. Kaki kiri pria ini buntung ‘dimakan’ penyakit kusta.
“Untuk beli air bersih, istri saya naik ojek ke Keude Geudong. Sedangkan saya tak bisa berjalan tanpa tongkat. Saya juga tak sanggup mengangkut air dari sungai ke rumah untuk mandi. Semua dikerjakan istri saya,” ujarnya pilu.
Ia berharap PDAM Tirta Mon Pase memperioritas suplai air bersih untuk desanya. Sehingga, dia dan 15 warga pengidap kusta lainnya di desa tersebut mudah mendapatkan air bersih.
aceh.tribunnews.com
aceh.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar