PERMAINAN TRADISIONAL ACEH YANG HAMPIR PUNAH - TEST

Breaking

Jumat, 25 Januari 2019

PERMAINAN TRADISIONAL ACEH YANG HAMPIR PUNAH

bukan hanya kaya akan kuliner dan adatnya,aceh juga memiliki permainan tradisional yang turun menurun dimainkan oleh masyarakat aceh,sebenarnnya masih banyak permainan lain yang ada tetapi pada artikel dan video ini hanya di jelaskan 5 permainan tradisional aceh yang hampir punah





1.Geulayang Tunang

Geulayang tunang merupakan perlombaan layang – layang yang di mainkan saat musim panen raya dan disaat angin timur tiba. Sehingga warga masyarakat memanfaatkan kekuatan angin untuk menerbangkan layang-layang. Permainan ini oleh orang dewasa atau para petani saat waktu luang tiba. Cara memainkannya  berdasarkan tim, satu tim terdiri dari 4-5 orang utnuk mengadu layangannya, disinilah perlu adanya keahlian dan kekompakan dari tim masing-masing. Semakin besar layangan tersebut semakin sulit dibuat dan sulit juga untuk memainkannya.  Hadiah dari perlombaan ini ialah seekor kambing atau sapi yang nantinya akan disembelih dan dimasak untuk dimakan bersama-sama.

2.Peupok Leumo
Permainan ini ialah permainan yang mengadu sapi satu sama lain, biasanya peserta terdiri dari para peternak sapi dalam satu kawasan mukim. Peupok leumo dulunya diselenggarakan pada sore hari. Sapi-sapi diadu sela namun para ulama menentang permainan ini dikarenakan bentuk penganiayaan terhadap hewan. Maka dari itu permainan ini tidak dibudidayakan lagi karena mengandung unsur kekerasan terhadap hewan.

3.Geudeu – Geudeu
Geudeu-geudeu merupakan olah raga seni bela diri dari Pidie/Pidie Jaya. Hampir sama halnya dengan gulat, di mainkan oleh kaum lelaki. Permainan ini terdiri atas tim, satu tim berjumlah 3 orang, dan biasanya geudeu-geudeu dipertandingkan antar kampung setiap selesai panen padi.

Ini merupakan olah raga yang keras, para petarung haruslah memiliki ketahanan fisik serta mental yang kuat, tahan banting dan tahan pukulan. Namun disini perlu adanya kestabilan emosi, apabila petarung memiliki emosi yang tidak stabil makan akan berujung pada kematian. Sistem bertarungnya, para petarung dibagi menjadi 2 kelompk besar, petarung pertama tampil ke arena untuk menantang dua petarung yang lain dengan mengkacak-kacak sambil membunyikan jarinya. Penantang (Ureung Tueng) mengunakan gempalan dan pukulan untuk menjatuhkan lawan, sedangkan yang ditantang (Ureung Pok) hanya boleh membanting dan menghempaskan si penantang dengan kedua tangan yang berpegangan hingga salah satu dari mereka kalah. Permainan ini juga memiliki wasit dan terdiri dari beberapa ronde. Saat ronde kedua posisi tueng beralih ke pok, dan akan terus berlangsung dalam waktu yang tertentu.

4 . King – Kingan
King-kingan berasal dari bahasa suku Kluet (Aceh Selatan) yang artinya kejar-kejaran di Air, permainan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak dengan usia 9-11 tahun. Ini merupakan permainan tim, setiap tim terdiri dari 5 orang. Lawan akan ditentukan berdasarkan keterampilan dan besar badannya, selanjutnya pemain akan berenang dan menyelam untuk mengejar lawan. Apabila berhasil memegang atau mendapatkan lawan, maka lawan akan berbalik mengejar. Pegangaannya tidak boleh terlalu kuat dan memegang kepala karena akan sangat berbahaya.



5.  Meuen Galah

Permainan ini membutuhkan lapangan yang sangat luas, dengan lebar kira-kira 4 meter dan panjang 10 meter yang dibagi menjadi 6 kotak persegi. Dimainkan oleh 10 peserta yang dibagi menjadi 2 tim, awalnya 5 peserta masuk dalam persegi sisi awal kemudian berusaha melepaskan diri dari hdangan lawan yang menjadi penajaga. Jika pemain dapat lolos hingga diakhir sisi persegi dan tidak ada anggota kelompok yang tertangkap maka dapat dikatakan sebagai pemenang.


http://www.glory-travel.com/permainan-khas-daerah-aceh-yang-telah-pudar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar