Ratusan Bayi di Aceh Meninggal karena Gizi Buruk - TEST

Breaking

Minggu, 29 Desember 2013

Ratusan Bayi di Aceh Meninggal karena Gizi Buruk

Syarma Dedi (9), anak pasangan Raja Barat (30) dengan Sati (28) itu sangat kurus dengan bobot tubuh hanya 12 kilogram dan mengalami kelumpuhan serta tak bisa bicara.(serambi/khalidin)
BANDA ACEH - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh mencatat angka kematian bayi di Aceh selama tahun 2013, mencapai 1.034 kasus.
Angka tersebut, naik sekitar lima persen dibandingkan tahun 2012 yang berjumlah 985 kasus. Dari 1.034 kematian bayi tersebut, lebih dari 45 persen meninggal akibat gizi buruk.
Data tersebut, dikemukakan Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Ibu Anak dan Gizi pada Dinkes Aceh, Dr Sulasmi, dalam Workshop Strategi Komunikasi untuk Pembangunan dalam Pengurangan Stunting di Aceh.
Kegiatan itu, diselenggarakan Katahati Institute bekerja sama dengan Unicef Perwakilan Aceh di Grand Nanggroe Hotel, Banda Aceh, Sabtu (28/12/2013).
Sulasmi menyebutkan, kasus kematian bayi di Aceh sebagai besar terjadi karena kekurangan gizi, baik saat janin masih berada dalam kandungan maupun usia bayi masih di bawah satu tahun. "Lebih dari 45 persen bayi di Aceh meninggal karena kekurangan gizi," ungkap Sulasmi.
Jumlah angka kematian bayi pada 2013 ini, menunjukkan tren adanya peningkatan kasus dari tahun 2012 yang berjumlah 985 bayi meninggal.
Ia menjelaskan, anak-anak di Aceh yang mengalami kekurangan gizi dan gizi buruk masih relatif tinggi.
Berdasarkan data Riskesdas 2010, sebanyak 23,7 persen anak Aceh mengalami gizi buruk. Angka ini, jauh di atas angka gizi buruk nasional yang berjumlah 18,4 persen.
Dinkes Aceh, sebut Sulasmi, akan berupaya menekan angka anak yang mengalami gizi buruk pada 2015 berada hingga di bawah 15 persen, sesuai target MDGs.
Gizi buruk, selain menyebabkan kematian bayi, juga berpengaruh pada perkembangan tubuh dan otak anak. Menurut Sulasmi, gizi buruk menyebabkan anak lebih pendek 4,6 sentimeter saat dewasa nanti.
"Anak akan mengalami stunting yaitu kondisi anak yang tumbuh lebih pendek dari usia yang sebenarnya, atau biasa disebut balita pendek," katanya.
Data Riskesdas 2010 menunjukkan 38,9 persen anak Aceh mengalami stunting yang dapat berpengaruh pada kemampuan daya saing, kecerdasan, produktivitas, dan rendahnya kemampuan motorik anak. "Ini terjadi karena perkembangan otak tidak sempurna," sebut Sulasmi.

Sumber : tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar